Tuesday, April 5, 2011

Catatan Seorang Arsitek Yang Gelisah


Saya berpendapat seperti kejadian banjir, tanah longsor, demontrasi bahkan timbulnya kemiskinan adalah ulah arsitek. Arsitek sekarang sudah melupakan rakyat kecil dan dipikirkannya hanyalah uang dari pengusaha yang hanya mementingkan keuntungan semata.  Gedung, mall dan kompleks perumahan berdiri dengan megahnya, menampilkan arsitektur yang egois dan semua ingin terlihat menarik yang pada akhirnya hanya merusak pandangan. Arsitek sekarang bertuan pada mereka yang mampu membayar sedangkan bagi golongan menengah ke bawah tak mungkin dapat memanfaatkan jasa arsitek. Arsitek seperti inilah yang harusnya sadar bahwa kepentingan rakyat haruslah diuatamakan walaupun harus kita sadari ini merupakan hal manusiawi tentang kebutuhan hidup. Ironisnya arsitek ini adalah idola mahasiswa bahkan itu adalah dosennya sendiri.

Lihatlah banyak mall berdiri dengan megahnya dan sang arsitek dengan bangganya mengatakan inilah hasil karya saya. Apakah karya seorang arsitek hanya dilihat dari sosok bangunannya tetapi lingkungannya tidak diperhatikan bahkan rakyat kecil yang telah lama tingga di lahan tersebut akhirnya tergusur.  Dalam proses desain memperhatikan analisa tapak atau lingkungan, apakah proses ini dilewatkan atau analisa ini sudah ada tapi kalah oleh kemauan pengusaha. Coba perhatikan banyak mall yang berdiri menimbulkan kemacetan, menghambat orang untuk bekerja dan berapa panjang tulisan yang akan kita tulis tentang keluhan pengguna jalan selama mall itu masih berdiri.  Kalau ini disebut dosa haruskah ditanggung oleh arsiteknya ?.

Pembangunan mall yang besar dan megah merupakan hiasan semu karena dibalik proses pembangunannya banyak rakyat jelata yang tergusur tanpa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, belum lagi pedagang kecil harus bersaing dengan pedagang besar hingga akhirnya skor kemiskinan bertambah. Bukankah lebih baik merevitalisasi pasar tradisional yang nyaman tanpa konotasi becek, bau dan kampungan.

Lahan-lahan produktif dijelma oleh arsitek “pesuruh”  hingga tercipta kompleks perumahan yang eklusif bebas banjir tapi membuat banjir di daerah lain atau terjadi longsor di sekitar kompleks tersebut. Inikah desain yang dibanggakan itu, sebuah kebanggana di atas penderitaan rakyat. Ternyata desain seorang arsitek juga menimbulkan keresahan di masyarakat bahkan menimbulkan demontrasi salah satunya adalah rencana pembangunan gedung baru DPR. Organisasi IAI (Ikatan arsitek Indonesia) sendiri menganjurkan agar pembangunan gedung tersebut di tunda karena perlu dikaji alasan penambahan ruang sehingga akhirnya diperlukan pembangunan gedung baru dan juga perlu proses perancangan yang transparan apalagi ini adalah bangunan publik. Belum lagi tuduhan ditujukan kepada arsitek gedung DPR yang baru sebagai plagiat karena bangunannya mirip dengan Gedung Kongres negara Cile. Akhirnya semua kembali kepada diri arsitek masing-masing dan saya dalam kegelisahan mencoba tetap berkarya.

Dapat juga dibaca di sini :
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/31/catatan-seorang-arsitek-yang-gelisah/






No comments:

Post a Comment