Tuesday, May 5, 2009

Arsitektur Dekonstruksi

ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI
Arsitektur dekonstruksi merupakan pengembangan dari arsitektur modern. Munculnya arsitektur dekonstruksi sekitar tahun 1988 dalam sebuah diskusi Academy Forum di Tate Gallery, London. Kemudian disusul oleh pameran di Museum of Art, New York dengan tema “Deconstructivist Archiecture” yang diorganisir oleh Philip Johnson dan terdapat tujuh arsitek yang menampilkan karya-karyanya, yaitu; Peter Esienman, Bernard Tschumi, Daneil Libeskind, Frank Gerhy, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, dan Coop Himmelblau.
Gejala “Dekon” dalam arsitektur telah menjadi tema perdebatan yang hangat dengan karya-karyanya yang mendobrak aturan-aturan yang berlaku.
Pada 8 April 1988 dalam “international Symposium on Deconstruction” yang diselenggarakan oleh Academy Group di Tate Gallery, dikukuhkan bahwa dekonstruksi bukanlah gerakan yang tunggal atau koheren, meski banyak diwarnai oleh kemiripan – kemiripan formal di antara karya arsitek yang satu dengan yang lainnya. Dekonstruksi tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, kecuali semangat untuk membongkar kemapaman dan kebakuan.
Aliran dekonstruksi mulanya berkembang di kalangan arsitek Perancis (pencetusnya arsitek Jacques Derrida) dan Inggris, kemudian oleh Philip Johnson dan Mark Wigley melalui sebuah pameran yang bertema “deconstructivist Architecture” yang di selenggarakan di Museum of Art, New York, tanggal 23 Juni – 30 Agustus 1988 mencetuskan ‘dekonstruktivisme’ yang lebih berkonotasi pragmatis dan formal serta berkembang di Amerika.
Arsitektur dekonstruksi juga telah menggariskan beberapa prinsip penting mengenai arsitektur:
  • Tidak ada yang absolut dalam arsitektur, sehingga tidak ada satu langgam yang dianggap terbaik sehingga semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
  • Tidak ada pen’dewa’an tokoh dalam arsitektur sehingga tidak timbul kecenderungan pengulangan ciri antara arsitek satu dan yang lain hanya karena arsitek yang satu dianggap dewa yang segala macam karyanya harus ditiru.
  • Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus diakhiri, sehingga perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah kepada keragaman pandangan dan tata nilai.
  • Pengutamaan indera pengelihatan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu karya dalam arsitektur harus diakhiri. Potensi indera lain harus dapat dimanfaatkan pula secara seimbang.
Pada arsitektur dekonstruksi yang ditonjolkan adalah geometri 3-D bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut yang menunjuk kepada kejujuran yang sejujur-jujurnya.
Penggunakan warna sebagai aksen juga ditonjolkan dalam komposisi arsitektur dekonstruksi sedangkan penggunaan tekstur kurang berperan.
Bangunan yang menggunakan langgam arsitektur dekonstruksi memiliki tampilan yang terkesan ‘tidak masuk akal’, dan memiliki bentukan abstrak yang kontras melalui permainan bidang dan garis yang simpang siur.
Pola pemikiran dari arsitektur dekonstruksi adalah mencoba membongkar kemapanan dan kebakuan.
  1. Tidak memakai semboyan Form Follows Function
Dekonstruksi yang dikomunikasikan adalah
·              Unsur-unsur yang paling mendasar, essensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur.
·              Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun substansial.
Arsitektur dekonstruksi tidak mengikatkan diri kedalam salah satu dimensi waktu (Timelessness). Pandangan seperti ini mengakibatkan timbulnya pandangan terhadap Dekonstruksi yang berbunyi "Ini merupakan kesombongan dekonstruksi."
  1. Fungsi ( bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap arsitektur
Dalam arsitektur posmo yang dimaksud fungsi adalah peran adan kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi dan melayani manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian manusia sebagai mahluk yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori. Manusia bukan manusia sebagai makhluk biologis tetapi manusia sebagai pribadi.
Fungsi = apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia; dan dengan demikian, 'FUNGSI bukan AKTIVITAS'
Dekonstruksi menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya.
Dekonstruksi tidak ada yang dominan, tidak ada yang tidak dominan, bentuk dan ruang memiliki kekuatan yang sama.
Dekonstruksi tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, kecuali semangat untuk membongkar kemapaman dan kebakuan.
INGAT ! Dekonstruksi hanya semangat untuk membongkar kemapanan dan dogma-dogma yang diberikan, Dekonstruksi bukan langgam hanya sebuah PEMIKIRAN.

Wednesday, April 1, 2009

Mesjid Situ Gintung


Mesjid Jabalur Rahman yang terletak di Situ Gintung menjadi begitu terkenal dan bahan berita yang sangat menarik bagi masyarakat. Mesjid tersebut terletak kurang lebih 50 meter dari bencana jebolnya tanggul Situ Gintung (27/03/2009). Bila diperhatikan gambar di atas bagaimana mesjid tersebut tetap kokoh berdiri walaupun air bah akibat jebolnya tanggul Situ Gintung melintasi mesjid tersebut. Perhatikan di sekeliling mesjid, semua bangunan warga hancur tak tersisa.
Terlepas dari adanya kekuasaan Allah SWT saya mencoba membahas pada sisi arsitektur. Paling tidak ada tiga hal pokok mengapa mesjid-mesjid tetap kokoh berdiri  di tengah bencana seperti gempa bumi, tsunami dan air bah (jebolnya situ).
1.      Perencanaan Struktur Bangunan Mesjid
Dari awalnya struktur bangunan masjid sudah didisain kokoh. Perencana sudah menghitung secara detail hal yang berkaitan dengan pondasi, bentuk dan luas bangunan serta kapasitas yang dapat menampung jamaah dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuatan struktur mesjid  sangat diperhatikan. Bandingkan dengan rumah tinggal seperti untuk kos-kosan atau kontrakan dibangun dengan seadanya tanpa mempertimbangkan strusktur yang kokoh.
2.      Ruang Terbuka
Mesjid pada umumnya mempunyai ruang terbuka pada samping kiri dan kanan, depan maupun belakang. Pada kasus musibah tsunami di Aceh ada beberapa mesjid yang selamat dan tetap kokoh berdiri karena memiliki lahan terbuka yang luas. Pohon-pohon di sekitar mesjid juga dapat sebagai pengahalang akibat terjangan air bah. Kita bandingkan dengan perumahan, biasanya hanya ada lahan terbuka di depan saja sedangkan bagian samping kiri kanan dan belakang sudah dibangun untuk dibuat ruangan, bahkan untuk perumahan sederhana halaman depan pun sudah tidak ada lagi.
3.      Tampak Bangunan
Tampak bangunan mesjid secara umum lebih banyak menonjolkan struktur bangunan dan dinding masip yang tidak terlalu banyak. Desain pintu dan jendela dibuat cukup lebar sehingga udara dan sinar matahari dapat menembus ke dalam mesjid. Bandingkan dengan tampak bangunan rumah tinggal, pintu dan jendela didesain sesuai kebutuhan dan banyaknya dinding masip.
Terjangan air bah yang menuju mesjid akan melewati jendela dan pintu-pintu sehingga jalan air menjadi tidak terhalang. Dibandingkan dengan rumah tinggal, air bah akan menerjang dinding masip dan bila dinding tidak kuat maka dinding akan jebol dan strukturpun bisa ikut roboh.

Mesjid yang Kokoh Berdiri




Pada gambar di atas adalah beberapa contoh mesjid yang kokoh berdiri walaupun terkena air bah (tsunami). Perhatikan  di sekeliling mesjid semua rumah roboh dan hancur. Timbul suatu pertanyaan apakah memang struktur mesjid ini begitu kuat dibandingkan dengan rumah-rumah disekelilingnya ataukah ada kekuatan lain dibalik itu semua.

Saturday, March 28, 2009

Pagar Unik


Pagar Unik
Pagar merupakan salah satu elemen dari sebuah rumah yang berfungsi sebagai pengaman dari tamu yang tak diundang, sebagai penyekat/pembatas antara lingkungan luar rumah dengan lingkungan dalam rumah dan estetika.
Pada gambar di atas adalah sebuah pagar yang unik dengan gambar daun pisang yang terbuat dari besi tempa. Lokasi pagar ini berada di daerah Bogor. Idenya ini mungkin untuk adaptasi dengan lingkungan sekitar yaitu keberadaan Kebun Raya Bogor.
Pagar dapat juga menunjukkan identitas dari pemilik rumah, mungkin saja pemilik rumah tersebut suka akan tanaman atau lebih spesifiknya suka akan pisang. Apa lagi pisang goreng paling enak makan di pagi hari di daerah Bogor yang sejuk…..

Sunday, March 22, 2009

IFFINA 2009


IFFINA 2009
Pengalaman berkunjung ke IFFINA (International Furniture & Craft Fair Indonesia) yang diselenggarakan pada tanggal 11 s/d 15 Maret 2009 di Kemayoran, sungguh saya merasa bangga ternyata produk=produk yang dihasilkan oleh rakyat Indonesia sangat bagus dan berkualitas ekspor. Perlu diketahui bahwa produk yang dihasilkan tersebut bukan untuk konsumsi lokal melainkan untuk ekspor. Jadi bila kita mau beli secara eceran tidak bisa dan kalupun bisa harus dengan jumlah yang banyak (kontainer).
Produk yang dipamerkan umumnya adalah terbuat dari bahan solid terutama kayu jati dan meranti. Desainnya juga bagus dan up to date, jadi orang mungkin akan kecele apabila beli produk tersebut di luar negeri karena ternyata produk Indonesia
Permasalahannya adalah dibalik produk-produk yang bagus tersebuat secara umum ternyata desain dan princifalnya adalah orang asing. Orang kita hanya bagian kasarnya saja yaitu tukang kayu. Sangat ironis sekali.

MADING PARTAI


MADING PARTAI
Waktu mau berangkat ke kantor tergerak hati untuk ambil kamera digital memotret  spanduk para caleg partai pada dinding sebuah pabrik. Teringat waktu sekolah dulu tentang MADING (Majalah Dinding) yang berisi tentang informasi sekolah maupun karya tulis ataupun puisi hasil karya siswa sekolah.
Mau diterima atau tidak rakyat Indonesia per lima tahun sekali akan selalu mengalami nuansa seperti ini. Bila diperhatikan gambar di atas tidak ada keindahan yang dapat kita rasakan, mungkin mata kita selama masa kampanye  merasa lelah dengan atribut-atribut partai yang ditempel tanpa estetika dan dipasang seenaknya saja yang penting ada tempat untuk ditempel.
Mungkin perlu diusulkan untuk pemilu berikutnya  ada tempat khusus untuk para caleg dan partainya untuk mensosialisasikan ke masyarakat, sehingga masyarakat yang peduli dan ingin tahu tentang wakilnya dapat melihatnya.
Bila kita pikirkan mengapa caleg harus buang-buang duit untuk membuat baleho, umbul-umbul dan sebagainya hanya untuk media sosialisasi dan umbar janji. Kalau memang calegnya sudah terkenal di masyarakat dengan kepribadiannya, kepemimpinannya dan pengabdiannya terhadap masyarakat saya rasa tidak perlu lagi mensosialisakan dirinya, hanya caleg karbitan saja yang melakukan hal tersebut.

Thursday, March 19, 2009

Arsitektur Iklan



Kalau pada jaman dahulu banyak yang bilang "kotaku penuh dengan hamparan padi yang sedang menguning" akan tetapi sekarang kita dapat mengatakan "kotaku penuh dengan hamparan iklan". Coba dilihat sepanjang jalan kita disuguhi iklan sperti spanduk, umbul-umbul, bilboard dan sebagainya. Iklannya saja tidak hanya iklan rumah, apartement, mall dan juga partai politik beserta calegnya.
Dapatkah kita sebagai rakyat meminta kepada pemerintah atau instansi terkait untuk mengatur semua iklan tersebut ? Siapa yang mau sepanjang jalan kita dipertontonkan iklan yang kalau mau jujur apa perlunya buat kita dan apa gunanya buat kita...................
Inikah wajah arsitektur Indonesia ?????..........