Wednesday, October 21, 2009

Sunday, October 4, 2009

STRUKTUR BAMBU


Keberadaan bambu di Indonesia seperti buah simalakama. Rendahnya permintaan konsumen menyebabkan kalangan arsitek/industri tidak mengembangkannya. Akibat tidak ada pengembangan, maka bambu jadi tidak menarik sehingga masyarakat tidak menyukainya.
Akhirnya bambu sebagai material lokal posisinya semakin terpinggirkan. Hal ini tentu menyedihkan, mengingat persediaan bambu di Indonesia sangat berlimpah, namun kita masih belum optimal memanfaatkannya.
Dari berbagai penelitian, struktur bambu terbukti memiliki banyak keunggulan. Seratnya yang liat dan elastis sangat baik dalam menahan beban (baik beban tekan/tarik, geser, maupun tekuk). Fakultas Kehutanan IPB mengungkapkan fakta bahwa kuat tekan bambu (yang berkualitas) sama dengan kayu, bahkan kuat tariknya lebih baik daripada kayu. Bahkan, dengan kekuatan seperti ini, jenis bambu tertentu bisa menggantikan baja sebagai tulangan beton.

Ringan dan Tahan Gempa
Eko Prawoto—salah satu arsitek yang mengembangkan konstruksi bambu—menyatakan bahwa kita tak perlu ragu untuk memakai material bambu sebagai struktur bangunan. Proyek bermaterial bambu yang baru selesai dikerjakan Eko Prawoto adalah bangunan Community Learning Center, sebuah pusat studi di Cilacap, Jawa Tengah.
Struktur bangunan ini seluruhnya terbuat dari 3 jenis bambu, yakni bambu petung/betung, bambu legi, dan bambu tali/apus. Ketiga jenis ini digunakan untuk keperluan berbeda. Untuk kolom utama, misalnya, ia menggunakan jenis betung berdiameter 16 cm. Proyek bambu lain yang ia rancang adalah bangunan—juga berkonstruksi bambu—di Timor Leste.
Pada konstruksi bambu rancangannya, Eko Prawoto menggunakan baut 12 mm dan ijuk untuk menyambung antarbambu. Sambungan dengan baut ini terlihat rapi dan bersih sehingga konstruksi bambu terlihat lebih bagus (Eko memang membiarkannya terekspos). Untuk memasang bautnya, bambu dibor terlebih dahulu, kemudian baut dimasukkan ke bambu dan diberi mur. Ia lalu memberi tip, “Pasang murnya jangan terlalu keras supaya bambu tidak pecah.” Berbeda dengan kayu, adanya rongga pada bambu membuatnya harus diperlakukan khusus agar tidak mudah pecah.
Sambungan dengan baut menciptakan konstruksi yang tidak kaku sehingga tahan terhadap gempa (karena konstruksi akan bergerak mengikuti arah getar gempa). Ini masih ditambah lagi dengan bobotnya yang ringan sehingga berat keseluruhan struktur tidaklah besar. Ini merupakan kelebihan lain dari konstruksi bambu.
Hal serupa juga dilakukan Jatnika, seorang perajin bambu (produsen rumah bambu Jawa Barat). Dalam membangun rumah bambu, ia menerapkan sambungan yang tidak kaku, yakni memakai kombinasi paku/pasak bambu yang diikat ijuk. Dengan teknik pengikatan tertentu, ijuk sangat baik untuk mengikat sambungan struktur bambu.
Eko Prawoto juga memakai ijuk pada beberapa bagian sambungan. Ia mengatakan, ikatan ijuk bagus dalam menahan beban ke samping. Selain ijuk, Jatnika juga menggunakan rotan sebagai pengikat sambungan. Namun, karena tidak sekuat ijuk, maka ikatan rotan hanya dipakai di interior.

Permukaan Lantai Harus Ditinggikan
Karena ringan, konstruksi bambu cukup menggunakan pondasi setempat/umpak (tanpa sloof) dari batu bata atau beton. Untuk menghindari pelapukan, bagian bawah struktur bambu tidak boleh bersentuhan langsung dengan tanah.
Oleh karena itu, bagian bawah struktur bambu perlu diberi landasan, seperti beton. Bila ingin menggunakan lantai dari bambu, maka permukaan lantainya harus ditinggikan (minimal 40-50 cm dari tanah) oleh sebab itu biasanya bangunan seperti ini berupa konstruksi panggung.
Tabel Jenis Bambu untuk Bangunan
Peruntukan
Jenis Bambu
Diameter
Kolom struktur
Betung/petung
14-15 cm
Kuda-kuda
Gombong/andong
12 cm
Gording
Legi
10 cm
Kasau
Tali/apus
6 cm
Reng
Tali/apus
6 cm (dibelah 2)
Dinding (utuh atau anyaman)
Tali/apus, bambu hitam
6 cm

Sunday, May 17, 2009

Taman Cinta


Cina sedang membangun taman bertema seks pertama. Taman tersebut berfungsi untuk memberikan pendidikan seks bagi seluruh warga negeri tirai bambu tersebut.
Taman bernama Taman Cinta ini akan dibuka pada bulan Oktober 2009 di Provinsi Chongqing. Nantinya akan ada tiruan raksasa alat vital wanita dan pria, lalu patung tubuh telanjang dan monumen tentang sejarah seks.
Di dalam taman tersebut juga akan digelar berbagai seminar tentang teknik melakukan seks dan metode seks yang aman.

Tuesday, May 5, 2009

Arsitektur Dekonstruksi

ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI
Arsitektur dekonstruksi merupakan pengembangan dari arsitektur modern. Munculnya arsitektur dekonstruksi sekitar tahun 1988 dalam sebuah diskusi Academy Forum di Tate Gallery, London. Kemudian disusul oleh pameran di Museum of Art, New York dengan tema “Deconstructivist Archiecture” yang diorganisir oleh Philip Johnson dan terdapat tujuh arsitek yang menampilkan karya-karyanya, yaitu; Peter Esienman, Bernard Tschumi, Daneil Libeskind, Frank Gerhy, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, dan Coop Himmelblau.
Gejala “Dekon” dalam arsitektur telah menjadi tema perdebatan yang hangat dengan karya-karyanya yang mendobrak aturan-aturan yang berlaku.
Pada 8 April 1988 dalam “international Symposium on Deconstruction” yang diselenggarakan oleh Academy Group di Tate Gallery, dikukuhkan bahwa dekonstruksi bukanlah gerakan yang tunggal atau koheren, meski banyak diwarnai oleh kemiripan – kemiripan formal di antara karya arsitek yang satu dengan yang lainnya. Dekonstruksi tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, kecuali semangat untuk membongkar kemapaman dan kebakuan.
Aliran dekonstruksi mulanya berkembang di kalangan arsitek Perancis (pencetusnya arsitek Jacques Derrida) dan Inggris, kemudian oleh Philip Johnson dan Mark Wigley melalui sebuah pameran yang bertema “deconstructivist Architecture” yang di selenggarakan di Museum of Art, New York, tanggal 23 Juni – 30 Agustus 1988 mencetuskan ‘dekonstruktivisme’ yang lebih berkonotasi pragmatis dan formal serta berkembang di Amerika.
Arsitektur dekonstruksi juga telah menggariskan beberapa prinsip penting mengenai arsitektur:
  • Tidak ada yang absolut dalam arsitektur, sehingga tidak ada satu langgam yang dianggap terbaik sehingga semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
  • Tidak ada pen’dewa’an tokoh dalam arsitektur sehingga tidak timbul kecenderungan pengulangan ciri antara arsitek satu dan yang lain hanya karena arsitek yang satu dianggap dewa yang segala macam karyanya harus ditiru.
  • Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus diakhiri, sehingga perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah kepada keragaman pandangan dan tata nilai.
  • Pengutamaan indera pengelihatan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu karya dalam arsitektur harus diakhiri. Potensi indera lain harus dapat dimanfaatkan pula secara seimbang.
Pada arsitektur dekonstruksi yang ditonjolkan adalah geometri 3-D bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut yang menunjuk kepada kejujuran yang sejujur-jujurnya.
Penggunakan warna sebagai aksen juga ditonjolkan dalam komposisi arsitektur dekonstruksi sedangkan penggunaan tekstur kurang berperan.
Bangunan yang menggunakan langgam arsitektur dekonstruksi memiliki tampilan yang terkesan ‘tidak masuk akal’, dan memiliki bentukan abstrak yang kontras melalui permainan bidang dan garis yang simpang siur.
Pola pemikiran dari arsitektur dekonstruksi adalah mencoba membongkar kemapanan dan kebakuan.
  1. Tidak memakai semboyan Form Follows Function
Dekonstruksi yang dikomunikasikan adalah
·              Unsur-unsur yang paling mendasar, essensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur.
·              Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun substansial.
Arsitektur dekonstruksi tidak mengikatkan diri kedalam salah satu dimensi waktu (Timelessness). Pandangan seperti ini mengakibatkan timbulnya pandangan terhadap Dekonstruksi yang berbunyi "Ini merupakan kesombongan dekonstruksi."
  1. Fungsi ( bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap arsitektur
Dalam arsitektur posmo yang dimaksud fungsi adalah peran adan kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi dan melayani manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian manusia sebagai mahluk yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori. Manusia bukan manusia sebagai makhluk biologis tetapi manusia sebagai pribadi.
Fungsi = apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia; dan dengan demikian, 'FUNGSI bukan AKTIVITAS'
Dekonstruksi menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya.
Dekonstruksi tidak ada yang dominan, tidak ada yang tidak dominan, bentuk dan ruang memiliki kekuatan yang sama.
Dekonstruksi tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, kecuali semangat untuk membongkar kemapaman dan kebakuan.
INGAT ! Dekonstruksi hanya semangat untuk membongkar kemapanan dan dogma-dogma yang diberikan, Dekonstruksi bukan langgam hanya sebuah PEMIKIRAN.

Wednesday, April 1, 2009

Mesjid Situ Gintung


Mesjid Jabalur Rahman yang terletak di Situ Gintung menjadi begitu terkenal dan bahan berita yang sangat menarik bagi masyarakat. Mesjid tersebut terletak kurang lebih 50 meter dari bencana jebolnya tanggul Situ Gintung (27/03/2009). Bila diperhatikan gambar di atas bagaimana mesjid tersebut tetap kokoh berdiri walaupun air bah akibat jebolnya tanggul Situ Gintung melintasi mesjid tersebut. Perhatikan di sekeliling mesjid, semua bangunan warga hancur tak tersisa.
Terlepas dari adanya kekuasaan Allah SWT saya mencoba membahas pada sisi arsitektur. Paling tidak ada tiga hal pokok mengapa mesjid-mesjid tetap kokoh berdiri  di tengah bencana seperti gempa bumi, tsunami dan air bah (jebolnya situ).
1.      Perencanaan Struktur Bangunan Mesjid
Dari awalnya struktur bangunan masjid sudah didisain kokoh. Perencana sudah menghitung secara detail hal yang berkaitan dengan pondasi, bentuk dan luas bangunan serta kapasitas yang dapat menampung jamaah dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuatan struktur mesjid  sangat diperhatikan. Bandingkan dengan rumah tinggal seperti untuk kos-kosan atau kontrakan dibangun dengan seadanya tanpa mempertimbangkan strusktur yang kokoh.
2.      Ruang Terbuka
Mesjid pada umumnya mempunyai ruang terbuka pada samping kiri dan kanan, depan maupun belakang. Pada kasus musibah tsunami di Aceh ada beberapa mesjid yang selamat dan tetap kokoh berdiri karena memiliki lahan terbuka yang luas. Pohon-pohon di sekitar mesjid juga dapat sebagai pengahalang akibat terjangan air bah. Kita bandingkan dengan perumahan, biasanya hanya ada lahan terbuka di depan saja sedangkan bagian samping kiri kanan dan belakang sudah dibangun untuk dibuat ruangan, bahkan untuk perumahan sederhana halaman depan pun sudah tidak ada lagi.
3.      Tampak Bangunan
Tampak bangunan mesjid secara umum lebih banyak menonjolkan struktur bangunan dan dinding masip yang tidak terlalu banyak. Desain pintu dan jendela dibuat cukup lebar sehingga udara dan sinar matahari dapat menembus ke dalam mesjid. Bandingkan dengan tampak bangunan rumah tinggal, pintu dan jendela didesain sesuai kebutuhan dan banyaknya dinding masip.
Terjangan air bah yang menuju mesjid akan melewati jendela dan pintu-pintu sehingga jalan air menjadi tidak terhalang. Dibandingkan dengan rumah tinggal, air bah akan menerjang dinding masip dan bila dinding tidak kuat maka dinding akan jebol dan strukturpun bisa ikut roboh.